TERBAIKNEWS.com | Survei Litbang Kompas pada 29 November-4 Desember 2023 merekam fenomena anyar yang cukup anomali. Mendekati Pemilu 2024 pada 14 Februari nanti, jumlah kelompok pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided voters justru semakin meningkat.
Survei tersebut, angka pemilih yang masih ragu untuk menentukan pilihan terhadap capres-cawapres mencapai 28,7 persen.
Hal serupa juga terjadi pada kategori capres saja alias tanpa pasangan. Jumlah undecided voters itu mencapai 24,9 persen. Padahal, pada Juni hanya 18 persen dan pada Agustus bahkan mengecil lagi menjadi 15,4 persen.
Adapun kelompok undecided voters dalam survei terdiri dari akumulasi jawaban responden yang menjawab tidak ada, tidak tahu, atau rahasia.
Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul menilai meningkatnya kelompok undecided voters menunjukkan semakin banyak yang tidak mengetahui atau belum meyakini harus memilih paslon mana dalam kontestasi Pilpres 2024.
Adib menilai para pemilih bimbang itu kemungkinan besar belum tertarik kepada gagasan yang disampaikan baik itu dari paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar; paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka; ataupun paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Pemilih bimbang atau yang belum menentukan pilihan ini dikarenakan pemilih ini sebagian besar adalah pemilih rasional. Mereka masih belum tertarik dengan visi-misi dan gagasan yang ditawarkan,” kata Adib saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (12/12).
Adib menilai meningkatnya undecided voters sewajarnya menjadi sebuah PR besar bagi para paslon. Sebab menurutnya angka di atas 25 persen sangat besar untuk sebuah pilihan yang kosong. Ia mewanti-wanti agar peserta Pilpres 2024 bekerja keras untuk mengambil hati rakyat.
Adib menyebut strategi yang paling jitu adalah mengedepankan gagasan dan juga berupaya meyakinkan masyarakat terkait realisasi visi dan misi mereka. Alih-alih demikian, Adib justru menilai saat ini para paslon malah gemar saling sindir sehingga malah mengaburkan gagasan.
Kondisi itu menurutnya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pemilih rasional ogah menentukan pilihan dini ataupun opsi paling terburuk adalah memilih untuk golput dalam Pilpres 2024
Namun demikian, Adib menilai masih ada harapan para pemilih bimbang itu akan menentukan pilihan mereka di injury time atau mendekati hari H Pemilu 2024.
“Jadi pemilih rasional melihat pada injury time, mereka akan menentukan pilihan saat itu. Nah, inilah PR sebenarnya bagi mesin politik, aktor politik, tim capres-cawapres harus bisa meyakinkan pemilih mengambang yang menurut saya jumlahnya besar,” jelas Adib.
“Belum lagi nanti mungkin ditambah yang kemudian memilih golput. Ini akan menjadi tantangan sekali,” imbuhnya.
Di sisi lain, Adib juga menyoroti bertambahnya pemilih bimbang juga berarti menandakan ada tren penurunan pemilih pada salah satu paslon atau seluruh paslon.
Bila diamati pada survei Litbang Kompas Desember 2023, hasilnya menunjukkan elektabilitas Prabowo-Gibran berada di urutan pertama dengan capaian yang masih cukup tinggi atau stagnan yakni 39,3 persen.
Di posisi kedua ada Anies-Cak Imin dengan 16,7 persen. Kemudian tingkat elektoral pasangan Ganjar-Mahfud MD tercatat 15,3 persen. Belakangan dalam sejumlah survei terekam Ganjar-Mahfud di urutan ketiga, padahal biasanya di urutan kedua.
Dalam kasus itu, Adib menilai bahwa penurunan tren elektabilitas pada paslon nomor urut 3 itu terjadi karena partai pengusung mereka kurang memoles sosok Mahfud yang sebelumnya diklaim sebagai pendekar hukum. Selain itu paslon beserta tim kampanyenya kerap menyerang Presiden Jokowi atau paslon lainnya.
Komentar