Walikota Batam Ex-Officio Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Muhammad Rudi, diduga mengidap amnesia atau hilang ingatan.
Pasalnya, jabatan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau yang kini diperebutkan Muhammad Rudi adalah hasil perjuangan sejumlah tokoh, salah satu di antaranya alm Zulkarnain Kadir, yakni pemilik Hotel Pura Jaya yang kini telah dirobohkan dan rata dengan tanah atas persetujuan Rudi sebagai Ex-Officio Kepala BP Batam.
“Desakan sejumlah pihak agar Gelar Dato’ Setia Amanah yang disematkan kepada Muhammad Rudi itu sangat beralasan menurut saya. Artinya di sini Walikota Batam Ex-Officio Kepala BP Batam, yang mengaku sebagai orang Melayu, sama sekali tidak mengingat sejarah, atau mungkin dia (Muhammad Rudi) mengidap amnesia. Jika ada kesempatan, mohon diperiksa secara khusus, karena akan berbahaya jika seorang pengidap amnesia diangkat jadi pemimpin,” kata Direktur Utama PT Dani Tasha Lestari (DTL), Megat Rury Afriansyah, kepada wartawan di Batam Kamis (24/11).
Tudingan Rury Afriansyah kepada Walikota Batam Ex Officio Kepala BP Batam Muhammad Rudi disampaikan mengingat kesaksian sejumlah tokoh Melayu yang menyayangkan perlakuan tidak adil terhadap PT DTL sebagai pemilik Hotel Pura Jaya.
“Wajar saja gelar Dato’ nya itu dipertanyakan beberapa pihak. Karena ayah kami, Zulkarnain Kadir, yang mendirikan Hotel Pura Jaya, merupakan salah seorang tokoh penting dalam pendirian Provinsi Kepulauan Riau,” tutur Megat Rury Afriansyah.
Sayangnya, kata Rury Afriansyah, jasa yang sangat besar dalam pembentukan Provinsi Kepulauan Riau itu, kini dilupakan oleh seorang figur yang sedang berjuang merebut posisi nomor satu di provinsi hasil perjuangan orang yang dizoliminya.
“Dia (Zulkarnain Kadir) telah berkonstribusi luar biasa dalam perjuangan pembentukan provinsi Kepri, tetapi balasannya, hotel Pura Jaya milik pejuang tersebut dimusnahkan begitu saja oleh orang yang sedang merebut kedudukan di provinsi yang diperjuangkan almarhum. Apakah orang ini (Muhammad Rudi) orang yang tahu malu,” ucap Megat Rudy Afriansyah.
Sebelumnya, Hulubalang Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau, Chaidar Rachmat, menjelaskan secara hukum adat, kasus yang dialami oleh Rury Afriansyah telah melanggar hukum adat. Tetapi dia menyebut pelanggaran hukum adat belum tentu pelanggaran hukum positif (peraturan perundang-undangan tertulis). Sdr Megat Rury Afriansyah, katanya, telah berjasa di dalam menjunjung adat Melayu di Kepulauan Riau, apalagi dikaitkan dengan berdirinya Provinsi Kepulauan Riau.
Sebagai Hulubalang LAM Kepri, Chaidar Rachmat mendukung Megat Rury Afriansyah berjuang mendapatkan hak-haknya. Dia juga mengingatkan LAM Kepri dan tokoh-tokoh politik serta pemerintahan di daerah hingga pemerintahan pusat agar memperhatikan masalah yang dialami PT DTL. Perjuangan itu bertujuan agar Megat Rury Afriansyah mendapatkan keadilan dan hak-haknya kembali.
“Saya sendiri yang ambil uang dari Pak Zulkarnain yang jumlahnya ratusan juta rupiah untuk mengumpulkan tokoh masyarakat, tokoh partai politik dari 48 partai, tujuannya untuk bertemu dengan DPR RI dan mendesak Mendagri serta pemerintah pusat agar menyetujui Undang-Undang Provinsi Kepulauan Riau. Kita tahu pemilik Hotel Pura Jaya Pak Zulkarnain adalah tokoh sentral yang meberikan dukungan besar sekali terhadap pendirian Provinsi Kepri itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Dengan merobohkan hotel, mencabut alokasi lahan, berarti telah mengabaikan perjuangan dan sejarah Kepulauan Riau,” ujar Chaidar Rachmat.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI Daerah Pemilihan Kepri, Ismeth Abdullah, menurut Chaidar Rachmat, tidak boleh tinggal diam tanpa ada upaya membantu permasalahan yang dihadapi Megat Rury Afriansyah.
”Beliau (Ismeth Abdullah) harus bersuara, apalagi dia telah duduk di DPD RI. Kita ingat dulu, di tahun 2004 Ismeth Abdullah diangkat menjadi care taker Gubernur Kepri. Jika bukan perjuangan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh politik yang dimotori almarhum Zulkarnain, yang akan menjabat care taker Gubernur Kepri adalah titipan pemerintah pusat. Itu harus diingat Pak Ismeth Abdullah, jangan diam saja,” tutur Chaidar.
Komentar