Penasihat Adat Nias Beri Penjelasan Tegas Terkait Pemakaian Baju Kebesaran Ono Niha

TERBAIKNEWS.com | Terkait pemakaian Baju Adat Nias yang dipakaikan kepada seorang Anggota DPRD Provinsi Kepri oleh sebuah Gereja pada beberapa hari yang lalu menjadi soroton yang heboh dari sejumlah masyarakat yang ada di Kota Batam.

Dari penelusuran tim media pada Selasa (22/8/2023) di sebuah postingan Media Sosial dengan akun milik Paulus Rahman Tambunan, tampak Anggota DPRD Provinsi Riau dari Partai Golkar , Asmin Patros sedang dipakaikan Baju Kebesaran Ono Niha oleh Gembala Gereja Tuhan Di Indonesia (GTDI) Sungai Yordan Batam.

Gembala Gereja GTDI Sungai Yordan, Joe Perubahan Ndruru mengatakan bahwa beliau (Asmin Patros) merupakan sosok yang sangat mulia terhadap gereja yang sedang saya pimpin.

“Bagi kami, beliau seperti Balugu, partisipasinya yang begitu besar dari awal berdirinya Gereja GTDI Sungai Yordan ini sampai sekarang yang sudah 6 (enam) tahun,” ungkap Gembala GTDI itu ke awak media pada Selasa pagi (22/8/23), sekira pukul 09.38 Wib.

Ditambahkan Joe Nduru, tidak ada yang bisa kami berikan kepada Asmin Patros selain penghargaan seperti ini, maka memberikan Jubah Kebesaran ini agar tali silahturahmi tidak terputus.

Hal ini menjadi soroton Siulu (Tokoh Bangsawan/Penasihat Adat) asal Nias yang ada di Kota Batam, salah satunya Haegaso Gaho yang menyampaikan bahwa Baju Kebesaran Ono Niha itu tidak bisa sembarangan untuk dipakaikan kepada sesorang.

“Baru Oholu (Baju Adat Nias asal Nias Selatan) itu tidak bisa sembarangan orang untuk diberikan kepada seseorang. Memang kita mengagumi yang namanya tamu. Dalam bahasa Nias: “Sokhi Mate Moroi Aila”, artinya lebih baik mati daripada malu,” kata Siulu Haegaso Gaho.

Lebih lanjut, Haegaso Gaho mengatakan, yang namanya tamu itu punya kategori atau berjenjang. Gaho menyebut, jika dia (tamu) yang mulia, biasanya kita akan sambut dengan pesta besar dan akan kita sematkan baju kebesaran tadi, bukan pada kelompok kecil saja.

“Itu pun yang bisa memberikan itu tokoh adat (Siulu) yang ada di lokasi tersebut, kemudian disaksikan para tokoh lainnya dan masyarakat di daerah itu,” tegas Tokoh Bangsawan itu ke tim media pada Selasa (22/8/23), sekira pukul 17.36 Wib.

Haegaso Gaho menegaskan lagi, jika ada tokoh agama yang menyematkan itu kepada orang lain apalagi jika dikaitkan dengan politik, maka itu kurang pantas atau tidak tepat untuk dilakukan sehingga bisa menjadi preseden buruk.

Menurut Haegaso Gaho, kalaulah itu diberikan secara benar oleh para tokoh yang memiliki kapasitas kepada tokoh yang telah berjasa, berjuang untuk kepentingan besar untuk Nias pada umumnya, bukan untuk kelompok atau organisasi kecil, maka itu tidak jadi masalah.

Haegaso Gaho berharap bahwa hal seperti ini tak berulang kembali kepada pihak – pihak lain.

“Harus diperhatikan kembali Budaya dan Adat Nias yang sesungguhnya, bila perlu dipertanyakan kepada Tokoh Adat yang memang punya kapasitas di situ,” harapnya mengakhiri.

(Red)

Komentar